Adopsi AI di Seluruh Eropa: Siapa yang Memimpin Tantangannya?

18

Masyarakat Eropa dengan cepat mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, namun tingkat penerapannya sangat bervariasi di seluruh benua. Data baru menunjukkan adanya kesenjangan yang jelas, dimana negara-negara yang lebih kaya dan maju mengadopsi AI dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Ini bukan hanya tentang antusiasme terhadap teknologi; hal ini mencerminkan kesenjangan ekonomi dan infrastruktur yang lebih luas.

Pertumbuhan Pesat: AI Melampaui Revolusi Teknologi Sebelumnya

Kecepatan adopsi AI secara global belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak ChatGPT OpenAI diluncurkan pada tahun 2022, lebih dari 1,2 miliar orang di seluruh dunia telah menggunakan alat AI. Tingkat pertumbuhan ini melampaui internet, komputer pribadi, dan bahkan telepon pintar—teknologi yang secara fundamental mengubah masyarakat. Kecepatan integrasi AI menunjukkan bahwa potensi dampaknya akan sama besarnya.

Negara Terkemuka: Irlandia, Prancis, dan Spanyol

Di Uni Eropa, Irlandia memimpin, dengan 41,7% penduduknya secara rutin menggunakan AI dalam kehidupan sehari-hari atau pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan adanya minat yang besar terhadap alat-alat yang didukung AI, yang kemungkinan besar didorong oleh tenaga kerja yang paham teknologi dan infrastruktur digital yang kuat. Perancis menyusul dengan 40,9%, dan Spanyol dengan 39,7%. Negara-negara ini menunjukkan kesediaan yang jelas untuk bereksperimen dan mengintegrasikan AI ke dalam berbagai sektor, mulai dari bisnis hingga penggunaan pribadi.

Negara Tertinggal: Rumania dan Yunani

Di sisi lain, Rumania (15,3%) dan Yunani (17,7%) tertinggal jauh dalam hal penerapan AI. Kesenjangan ini kemungkinan besar disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rendahnya tingkat literasi digital, terbatasnya akses terhadap teknologi canggih, dan kendala ekonomi. Negara-negara ini mungkin menghadapi tantangan dalam mengimbangi revolusi AI tanpa investasi yang ditargetkan di bidang infrastruktur dan pendidikan.

Melampaui UE: Norwegia dan Inggris Memimpin

Di luar UE, Norwegia merupakan negara yang sangat antusias dalam mengadopsi teknologi ini, dengan 45,3% penduduknya rutin menggunakan AI. Perekonomian negara yang kuat, tingkat literasi digital yang tinggi, dan adopsi teknologi yang dini kemungkinan besar berkontribusi terhadap tingginya angka ini. Inggris Raya menyusul dengan perolehan 36,4%. Negara-negara ini menunjukkan kesediaan yang jelas untuk berinvestasi dan mengintegrasikan AI ke dalam perekonomian dan kehidupan sehari-hari mereka.

Kesenjangan Global Utara-Selatan

Data tersebut juga menunjukkan adanya kesenjangan global Utara-Selatan yang mencolok. Di negara-negara maju, adopsi AI adalah sekitar 23%, dibandingkan dengan hanya 13% di negara-negara berkembang. Kesenjangan ini bukan hanya terjadi pada akses terhadap alat AI; hal ini mencerminkan kesenjangan yang lebih besar dalam bidang infrastruktur, pendidikan, dan dukungan bahasa. Hampir empat miliar orang di seluruh dunia tinggal di wilayah di mana listrik yang andal, konektivitas internet, dan daya komputasi masih menjadi tantangan besar.

Akar Penyebab: Infrastruktur dan Pendidikan

Laporan ini menyoroti bahwa adopsi AI berkaitan erat dengan kekuatan ekonomi dan kesiapan teknologi suatu negara. Negara-negara dengan jaringan listrik yang kuat, akses internet berkecepatan tinggi, dan infrastruktur komputasi yang canggih secara alami memiliki posisi yang lebih baik untuk menerapkan AI. Namun, menyediakan alat saja tidak cukup; literasi dan pendidikan digital yang luas sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memanfaatkan teknologi ini secara efektif.

Gambaran Lebih Besar

Pesatnya adopsi AI di Eropa, dan secara global, mengubah industri, perekonomian, dan kehidupan sehari-hari. Meskipun beberapa negara memimpin upaya ini, negara-negara lain menghadapi hambatan besar dalam mengimbanginya. Data ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan investasi di bidang infrastruktur, pendidikan, dan literasi digital untuk menjembatani kesenjangan yang semakin besar dan memastikan bahwa manfaat AI dapat diakses oleh semua orang.

“Kesenjangan ini tidak hanya disebabkan oleh akses terhadap alat AI; namun juga mencerminkan kesenjangan yang lebih besar dalam infrastruktur, pendidikan, dan bahasa.”

Masa depan AI akan bergantung pada seberapa efektif kesenjangan ini diatasi, dan apakah manfaat teknologi transformatif ini dapat dibagikan secara adil di seluruh dunia.